Jakarta-Dunia anak penuh dengan sensasi. Di masa ini anak sangat senang memamerkan kekuatannya di depan orang tua, teman dan orang lain yang mereka temui. Meski tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak perempuan, hal ini lebih sering terjadi pada anak lelaki yang cenderung berlaku kasar seperti smackdown.
Anak lelaki sepertinya selalu meminta perhatian dari orangtuanya lewat tingkah lakunya yang super aktif dan bersifat fisik, seperti bergulat, berkelahi, atau melanggar peraturan yang sudah dibuat.
Dalam hal ini, ayah, sebagai orangtua lelaki, memegang peranan penting. Anak-anak lelaki yang ayahnya tidak melibatkan diri dalam dunia mereka akan sangat tertarik dengan tokoh-tokoh hiper maskulin atau kegiatan yang bersifat pertarungan fisik, seperti tokoh-tokoh super hero dalam komik. Sebaliknya, anak-anak lelaki yang ayahnya melibatkan diri dalam dunia mereka memiliki kepribadian yang berbeda, lebih tenang, percaya diri, dan komunikatif.
Ayah harus menjadi panutan anak. Karena itu, penuhi kecenderungan anak, yang suka bergulat atau bermain dengan gaya kasar tanpa perhitungan, ini kapan saja ayah punya kesempatan dan energi untuk melakukannya. Pilih tempat yang aman dan beri mereka sasaran yang harus mereka capai.
Sambil bergulat ajarkan mereka hal-hal yang penting. Dengan berhenti sejenak saat keadaan mulai ngawur dan berbahaya, berarti ayah mengajari anak untuk dapat mengendalikan kekuatan mereka.
Ayah pun harus selalu penuh humor dan tidak melulu tentang kekuatan. Kadang biarkan mereka menang, kadang ayah dapat menang sehingga dapat memberi contoh bagaimana menerima kekalahan dengan baik. Hal ini merupakan bentuk keakraban serta pemuasan dorongan maskulinitas.
Batasi Nonton TV
Selain peran ayah, televisi juga ditengarai sebagai pemicu perilaku 'keras' ini. Sebuah survei menunjukkan, anak-anak di Indonesia dalam satu minggu menghabiskan waktu sekitar 68 jam untuk menonton televisi. Padahal program anak yang tersedia di televisi hanya 32 jam. Artinya setiap anak menghabiskan waku 36 jam menonton tayangan televisi yang diperuntukkan bagi orang dewasa.
Pemerhati anak Seto Mulyadi pernah mengatakan, lebih dari 80 persen tayangan televisi tidak berpihak kepada anak dan tidak konstruktif bagi perkembangan jiwa anak. Karena itu ia mengimbau para orang tua untuk membudayakan nonton televisi yang sehat, yaitu ada keseimbangan antara bermain, belajar dan nonton televisi.
Selain dapat menyaring tontonan bagi si kecil, juga membuka ruang kreativitas bagi anak. Sekalipun anak-anak cuma berjumlah 16 persen dari populasi dunia, tapi mereka adalah 100 persen pemimpin masa depan.
Berikut yang harus dilakukan jika si kecil suka smackdown, Sabtu (26/2/2011):
1. Beri Arahan Singkat.
Ketika ia hendak memukul, cepat pegang tangannya dan katakan kalau orangtua saying padanya tapi tidak suka dengan tindakannya.
2. Alihkan Perhatiannya.
Setelah itu segera alihkan perhatiannya dengan mengajak ia dalam permainan lain tanpa konfrontasi.
3. Jangan Mempermalukannya.
Hati-hati dalam memilih kata-kata terhadap anak karena jika orangtua sampai mempermalukannya, anak akan melawan dan bertindak defensif.
4. Bersikap Konsekuen
Jika ia kembali memukul, bertindaklah tegas dan konsekuen. Ia harus menghentikan permainannya, menyuruhnya duduk tanpa aktivitas, atau ajak ia pulang.
5. Selamatkan Korban
Jika anak lain sampai menangis karena dipukul anak Anda, segera pusatkan perhatian pada anak itu dan hiburlah daripada menegur anak Anda. Jika anak Anda
menyerang, pisahkan anak itu dengan aktivitas lain, lalu tenangkan anak Anda. Dengan nada rendah dan tanpa kemarahan, jelaskan secara ringkas bahwa memukul
adalah perilaku yang tak dapat diterima dan mengapa hal itu tak boleh dilakukannya.
6. Anak laki-laki juga butuh perlindungan terhadap kekerasan.
Jauhkan diri mereka dari kebiasaan menonton film kartun yang mempertontonkan kekerasan atau permainan khayalan perang-perangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar